Minggu, 30 September 2018

tidak untuk dibaca. hanya sekedar melepas beban.

berdamai dengan diri.
ya, kata itu yang selalu terngiang di benakku.
jujur, aku telah berusaha sekuat tenaga untuk berdamai dengan diriku. umurku sudah tak lagi belia. sekarang 26 tahun, sudah bukan lagi umur yang pantas untuk meratapi kesengsaraan dan nestapa hidup. aku sudah berulang kali memaafkan diriku yang berkali-kali ingin "mengenyahkan" aku sejak aku kecil.
sekarang aku sudah menikah,sudah memiliki anak yg lucu.jelas sudah bukan saatnya untuk meratapi takdirku yang menyakitkan dulu. tapi tetap saja rasa itu masih sangat membekas tatkala depresiku kambuh.
setiap sudut dirumah ini seakan menjadi layar atas kesakitan dan kekerasan yang pernah bertubi-tubi aku terima. terkadang aku merasa sangat-sangat-sangat putus asa. jujur aku sudah muak tinggal di rumah ini. rumah yang menjadi saksi bisu dimana depresi ku kian berkembang dari waktu ke waktu.
aku pikir setelah menikah dengan orang yang kucintai dan katanya mencintaiku juga, aku akan bebas dari nestapa dan kesakitanku selama ini. nyatanya tidak. suamiku mulai menunjukkan karakter aslinya pasca menikah dan lagi-lagi kekerasan psikis yang aku terima. setelah berkali-kali ditinggal saat hamil di kota orang, sebatang kara. lalu seluruh tabunganku dia kuras habis. juga sikapnya tak selembut dulu.
lalu beban sakitku bertambah. stresor depresiku bukan hanya ibuku, tapi juga suamiku. sungguh, aku tak tau harus kemana untuk berlindung. rasanya sakit dan putus asa. disatu sisi aku harus kuat demi anakku. disatu sisi pertahananku sudah merapuh.
aku ingin katakan bahwa aku sudah lelah, aku sakit, aku kecewa, aku marah, aku sedih, aku putus asa. tapi siapa peduli?
aku ingin berubah menjadi lebih baik. sejak awal menikah, tekadku bulat, aku ingin memperlakukan suamiku dengan penuh hormat sebagai sumber surgaku. tapi nyatanya, aku rasa dia tak mampu membawaku ke surga. karena mana mungkin ada surga untuk penjudi dan suami yang dzalim terhadap istri? selama hamil sampai melahhirkan, aku masih menahan diri untuk terus memaafkan semua kedzaliman yang dia lakukan padaku. tapi pasca dia meninggalkanku selama 2 bulan dulu, rasanya aku tak bisa memperlakukannya dengan kesabaran. toh hasil yang aku dapat hanya seperti orang bodoh yang terus di dzalimi.
aku ingin membesarkan anakku dengan diriku yang sehat mental. dengan diriku yang sudah memaafkan masa laku. dengan diriku yang bahagia. tapi di rumah ini, rasanya sulit sekali.
ingin aku berdamai dengan bayang-bayang ibuku di masalalu. tapi nyatanya sangat-sangat-sangat sulit. didepan mataku aku diperlakukan bagai sampah oleh ibuku sendiri. karena mungkin untuknya aku adalah satu-satunya anak yang tidak berguna. rasanya telingaku sudah hampir terbakar tatkal mendengar nyinyiran dan kata-katanya yang menohok tajam. aku sudah tak lagi melawan. aku sudah tak lagi membela diri. aku sudah tak lagi menunjukkan emosi. untuk apa? karena jika aku bereaksi, apapun reaksiku hanya akan makin memojakkan ku sebagai anak yang durhaka. aku hanya bisa diam. mungkin ini yang papah rasakan saat diperlakukan oleh emak, karena tidak sekaya kakak-kakaknya. papah pun hanya diam, seperti yang kulakukan sekarang.
dimata ibuku, aku tak pernah melakukan apapun yang membahagiakannya, dan membahagiakan adik-adiku. ya aku memang belum pernah melakukan hal yang besar. aku hanya mampu memberikan hal-hal yg kecil untuk mereka. walau ternyata semua yang kulakukan selama ini hanya sia-sia dan sebatas butiran debu.
setiap tahun, aku selalu memberikan kejutan kecil pada mereka, hari itu mereka bahagia dan berterima kasih. namun selanjutnya mereka lupa.
aku memperlakukan baim sangat-sangat istimewa (menurutku), karrena aku sangat peduli untuk memenuhi kebutuhannya sampai hal yg terkecil apapun. walau menurutnya aku tak pernah melakukan apa-apa.
selalu menoba berbuat baik dan memenuhi semua kebutuhan devina yg aku tahu. seburuk apapun tabiatnya padaku. tapi baginya, aku hanyalah seorang kakak yang tidak berguna.
____
aku. bagaimana aku harus bersikap?
jiwaku rasanya sudah remuk dan putus asa.
aku sangat ingin membesarkan anakku dengan penuh cinta, bukan sekedar pemenuhan hak dan kewajiban, seperti yang selama ini ibuku lakukan.
____
melihat bagaimana ibuku memperlakukan anakku, rasanya aku sangat sakit. walaupun ibuku sangat baik pada anakku, dibelikan baju, mainan, makanan, obat, dan masih banyak lagi. tapi ibuku tak memberikan perhatian dan sayang. yang aku tangkap adalah, oh mungkin dulu aku pun diperlakukan seperti itu. hanya sebatas "hak-kewajiban" antara "ibu-anak'. makanya aku tak mengenal bagaimana mencintai dengan baik. saat anakku sakit, ibuku memaksaku untuk makan-makan bersama adikku. aku menolak karena saat itu anakku diare. tapi ibuku terus memaksa sampai mengeluarkan kalimat tidak akan dianggap anak kalau tidak mau makan-makan bersama adik-adikku. ya, aku harus mengikutinya. alhasil pulang makan-makan itu, anakku masuk UGD. tapi ibuku tak merasa bersalah. saat kutitipkan sebentar saja anakku padanya, dia lebih sibuk memegang HP daripada bermain. ya, mungkin itulah gaya cinta ibuku, "hak dan kewajiban"
___
dulu aku tak tau bagaimana cara meminta maaf.
dulu aku tak tau bagaimana memulai relasi dengan orang lain.
dulu aku tak tau bagaimana mengekspresikan rasa empati dan simpati.
dulu aku tak tau bagaimana cara merealese-kan emosi yang baik.
karena, yang aku tau hanya bagaimana menjadi orang yang penurut.
yang aku tau bagaimana bekerja keras.
yang aku tau bagaimana cara hidup tanpa meminta-minta.
yang aku tau bagaimana cara bertanggung jawab.
yang aku tau bagaimana cara bertahan hidup.
karena yang aku tau, hanya hak dan kewajiban antara sesama.
___
aku tak pernah benar-benar berhubungan dengan baik dengan orang lain. aku selalu takut untuk memulai dan akhirnya berakhir dengan kesan yang buruk. ini pelajaran yang aku ambil.
sejak kecil, jika aku mengemukakan pendapat, memiliki keinginan atau agak berisik di tempat umu, maka ibuku akan memelototiku dengan tajam. maka aku selalu takut jika aku salah bersikap dan aku selalu tak tau salah atau tidaknya ketika memulai berelasi dengan orang lain.
sejak kecil aku tak boleh bermain diluar gerbang rumah yang menjulang tinggi itu, aku hanya boleh main di teras rumahku atau paling jauh di rumah nenden. selain dari situ, harus siap. gagang sapu melayang bertubi-tubi di kakiku. aku selalu tak tau caranya berteman yang membuat orang lain nyaman.
sejak kecil, aku selalu disuruh untuk mengalah pada devina. ntah aku yang benar atau aku yang salah. pokoknya aku yang harus mengalah. lalu akhirnya aku tak pernah benar memiliki apapun yang aku miliki, hingga detik ini.
sejak kecil, tiap ibuku marah. sumpah serapahnya selalu komat kamit dilutunya, tangannya tak segan untuk menampar, mencubit, menjambak atau memukul. dan ini yang sangat aku takutkan sekarang ketika aku marah, maka aku selalu merasa bahwa aku memang pantas mendapatkan kekerasan . dan aku sangat takut aku kelepasan melakukan itu pada anakku.
______
bayangan-bayangan itu, makin menghiasi kepalaku. tatkala semua kondisi yang aku alami dari kecil tidak benar-benar berubah sampai aku berumah tannga. aku masih berada di lingkaran kekerasan sakit lahir dan batin.
oh aku bersabarlah.
aku tau kamu kuat.
aku tau kamu mampu.
aku tau kamu akan bangkit.
oh aku, maafkanlah diriku yang tidak berdaya membuat kebahagiaan.
oh aku, jika tidak di dunia. ada akhirat yang memiliki harapan lebih baik.

2 komentar:

  1. Casino Tycoon, The Hotel & Racetrack | MapyRO
    Casino Tycoon, The 전라남도 출장안마 Hotel & Racetrack · Casino 고양 출장샵 Tycoon, The 김천 출장안마 Hotel & Racetrack · Casino Tycoon, The Hotel 김해 출장샵 & Racetrack · Casino Tycoon, The Hotel & 구리 출장안마 Casino

    BalasHapus